*Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*
***
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ فَإِنَّهُ يُمَحِّصُ الذُّنُوْبَ وَيُزْهِدُ الدُّنْيَا. (حديث حسن صحيح، رواه الترمذي)
Artinya :
_Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang demikian itu akan menghapuskan dosa, dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia.”_ (Hadits Hasan Shahih Riwayat At-Tirmidzi)
*Pelajaran yang terdapat pada hadits di atas :*
1. Dunia adalah tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi.
2. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu benyak menyita hidup kita untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar di sekitar dunia. Padahal kita sangat perlu untuk menyeimbangkan keduanya.
3. Dalam hal menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, Rasûlullâh SAW. bersabda:
إِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اَلْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
_”Bertakwalah kamu kepada Allah dimana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskanya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.”_ (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
4. Bila kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat darah mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterimakasih kepada seseorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanjakan kita dengan nikmat-nikmat-Nya, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita.
5. Mengingat kematian akan mendorong seseorang untuk mempersiapkan bekal kematian, menghindari melakukan perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada kemaksiatan dan mendorong berlaku taqwa.
6. Oleh karena itu, mari kita senantiasa memperbanyak mengingat penghancur segala kelezatan dan pemutus segala kenikmatan yaitu “Kematian”. Cukuplah kematian sebagai nasihat dan guru terbaik dalam kehidupan kita.
كفى بالموت واعظا.
_“Cukuplah kematian itu sebagai nasihat.”_
Kematian adalah nasehat terbaik dan guru kehidupan, sedikit saja kita lengah dari memikirkan maka kita akan kehilangan guru terbaik dalam kehidupan.
7. Dalam perspektif Islam orang yang banyak mengingat kematian dinilai sebagai orang yang cerdik. Rasûlullâh Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang mulia pernah ditanya;
يا رسول الله أي المؤمنين أكيس؟
_“Wahai Rasûlullâh siapakah Mu’min yang paling cerdik itu?”_ Beliau Rasûlullâh Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab;
اكْيَسُ النَّاسِ اَكْثَرُهُمْ ذِكْرًا لِلْمَوْتِ وَاَشَدُّهُمْ اِسْتِعْدَادًا لَهُ اُوْلَئِكَ هُمُ اْلاَكيَاسُ ذَهَبُوْا بِشَرَفِ الدُّنْيَا وَكَرَامَةِ اْلاَخِرَاةِ. (رواه ابن ماجة)
_”Secerdik-cerdik manusia adalah yang terbanyak ingatanya kepada kematian, serta yang terbanyak persiapanya menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik. Dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat.”_ (Hadits Hasan Shahih Riwayat Ibnu Majah, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu)
8. Kematian bukan akhir dari kehidupan kita akan tetapi awal dari kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang kekal nan abadi di akherat.
Mari persiapkan bekal kita untuk menuju perjalanan ke kampung akherat yang sangat panjang, dengan bekal terbaik kita yakni Iman, Taqwa dan Amal-amal Sholeh.
9. Sekurang-kurangnya ada 7 cara untuk mengingat kematian:
1) Meningkatkan pemahaman tentang kehidupan sesudah mati. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT; bahwa sesungguhnya kehidupan di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa…
وَلَلدَّارُ اْلأَخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْن.
2) Menjadikan dunia sebagai tempat menanam kebajikan dan tempat persinggahan. Menanam benih-benih kebajikan sangat dianjurkan dalam Islam selagi kita hidup di dunia, karena dengan demikian, kita akan memanen kebajikan itu di akhirat nanti.
3) Penting untuk menyadari bahwa kematian itu sangat dekat dengan kita, kapan pun dan di manapun, kematian pasti terjadi.
4) Dengan membiasakan untuk menjenguk orang sakit baik itu keluarga maupun tetangga dan mendo'akannya agar diberi kesembuhan.
5) Bertakziah kepada yang ditimpa musibah kematian, bisa dengan sukarela ikut mengurus, memandikan, menshalati jenazah dan mengantar jenazah sampai dengan penguburan jenazah.
6) Membiasakan diri untuk berziarah kubur, utamanya adalah berziarah kepada sanak keluarga yang sudah mendahului kita, atau sesekali berziarah ke makam alim-ulama' dan waliyullah di berbagai tempat.
7) Berusaha untuk selalu berdo'a agar pada saatnya, kita dijemput kematian yang diridhai Allah SWT, yang khusnul khatimah, terbebas dari siksa kubur dan siksa api neraka, memperbanyak dzikir dan do'a yang diajarkan Rasûlullâh SAW, yang dapat menjadi sarana bagi kita untuk mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya. Doa dan dzikir tersebut, misalnya, saat tahiyyat akhir sebelum salam dianjurkan untuk berdo'a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه مسلم)
"Allahumma inni audzubika min adzabil-qabri, wa min adzabin naari, wa min fitnatil mahya wal-mamati, wa min fitnatil masiihid-Dajali."
_"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan dari siksa neraka. Dan dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari keburukan fitnah Dajjal."_
*Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur'an :*
1. Ada sebuah hal yang terkadang kita luput memikirkanya, meskipun suatu saat kita bakal menghadapinya, perkara itu tiada lain adalah kematian. Siapapun akan mengalami mati, kematian adalah keniscayaan yang dialami oleh setiap manusia walaupun sebabnya berbeda-beda;
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِى تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلَى عَلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَدَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ۞
_Katakanlah: ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”_ (QS Al-Jumu'ah: 8)
2. Allah SWT. berfirman, bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan kematian;
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ ۞
_"Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."_ (QS. Al-Anbiya'/21: 35)
3. Sebagai bahan ujian untuk menguji siapa yang terbaik amalnya yang dipersembahkan kepada Allah SWT.;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ ۞
_"(Dialah Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."_ (QS. Al-Mulk/67: 2)
4. Sudahkah kita menyiapkan diri untuk menghadapi ujian tersebut?
Kita tak bisa mengelak atau lari dengan ujian ini, walaupun bersembunyi tetap menghampiri diri kita;
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ ۞
_"Di mana saja kamu sekalian berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh."_ (QS. An-Nisa’/4: 78)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar