Jumat, 18 November 2022

Menjaga Amanah dan Janji 

 PERKONGSIAN 1 HARI 1 HADIS




عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَالَ لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ


Daripada Anas bin Malik RA berkata; Nabi SAW tidak pernah berkhutbah di hadapan kami kecuali baginda mengatakan: "Tidak sempurna keimanan bagi orang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama seseorang bagi yang tidak memenuhi janji."

(HR Ahmad No:11935). Status: Hadis Hasan


Pengajaran:


1.  Menjaga amanah adalah sebahagian daripada iman. Tidak sempurna iman seseorang yang tidak menunaikan amanah.


2.  Menjadi kewajipan kepada kita menunaikan amanah kepada yang berhak. Firman Allah dalam surah an-Nisa: 58


إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا


Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya).


3.  Orang yang tidak menyempurnakan amanah seperti amanah kepimpinan, adalah orang yang memiliki sifat munafik.


4.  Tidak sempurna agama seseorang bagi yang tidak memenuhi janji. Firman Allah.

(an-Nahl: 91)


وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّم

Dan sempurnakanlah janji dan perintah-perintah Allah apabila kamu berjanji 


5.  Menjaga amanah dan menunaikan janji adalah ciri orang beriman yang berjaya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mukminun ayat 8:


قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ …… وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨

Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang beriman (iaitu) (1) …..

Dan mereka yang menjaga amanah dan janjinya (8)  


Jadilah orang yang sempurna Iman dan agama dengan memiliki sifat amanah dan menunaikan janji.


09hb Nov  2022

14hb Rabiul Akhir 1444H

KEUTAMAAN AMALAN SUNNAH*

 📿🤲🌹🕌🌹🤲📿                                                                                      Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...                         


*


Ibadah sunnah tidak selayaknya disepelekan oleh seorang muslim. Ada beberapa keutamaan yang besar, di antaranya:


1.  Menyempurnakan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah wajib.


2.  Mendatangkan cinta dari Allah,sehingga menjadi wali pilihan-Nya. Ada 2 tingkatannya:


●  Pertengahan (al muqtashidun). Melaksanakan yang wajib, meninggalkan yang haram, terkadang melakukan yang makruh atau meninggalkan yang sunnah.


●  Bersegera dalam kebaikan dan dekat dengan Allah (As saabiquun al muqarrabun). Melaksanakan yang wajib, meninggalkan yang haram, senantiasa berusaha mengerjakan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh.


3.  Menjaga kebiasaan melaksanakan ibadah yang wajib.


Mengikuti tuntunan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (sunnah) lebih utama daripada memperbanyak amal. Semisal, berpuasa Daud (puasa 1 hari, tidak puasa 1 hari) lebih utama dari puasa Dahr (setiap hari).


Dialah (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya...” (Q.S. Al-Mulk: 2).


Ibadah sunnah memiliki *keutamaan yang sangat besar,* sehingga tidak selayaknya seorang muslim bermudah-mudahan untuk meninggalkannya. Berikut ini beberapa keutamaan ibadah sunnah dalam syariat.


*MENYEMPURNAKAN KEKURANGAN DALAM PELAKSANAAN IBADAH WAJIB*

Tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam pelaksanaan ibadah wajib, kita masih memiliki banyak kekurangan. Shalat wajib kita mungkin kurang khusyu’, atau puasa Ramadhan kita kurang sempurna. Di sinilah fungsi ibadah sunnah, yaitu menyempurnakan atau menambal kekurangan yang terdapat dalam ibadah wajib.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi,


Sesungguhnya perkara yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, *‘Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?’.* Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (H.R. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih).


Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad dengan lafazh,


Allah Ta’ala berfirman, Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah? *Jika seorang hamba memiliki amal ibadah sunnah, Allah Ta’ala berfirman, ‘Sempurnakanlah ibadah wajibnya dengan ibadah sunnahnya’.* Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (H.R. Ahmad no. 9494).


*MENDATANGKAN KECINTAAN DARI ALLAH, SEHINGGA MENJADI WALI ATAU KEKASIH NYA YANG PILIHAN*

Seorang hamba yang ingin menjadi kekasih pilihan Allah, hendaklah dia mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunnah, di samping melaksanakan ibadah yang bersifat wajib. Hal ini sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wali Allah,


Allah Ta’ala berfirman, Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi’.” (H.R. Bukhari).


Berdasarkan hadits di atas, terdapat dua tingkatan wali atau kekasih Allah Ta’ala,


*Tingkatan pertama,* yaitu al-muqtashiduun (pertengahan) atau ash-haabul yamiin (golongan kanan). Mereka bersikap sederhana (pertengahan) dalam amal, yaitu dengan melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram, namun terkadang mengerjakan yang makruh dan meninggalkan amal sunnah.


*Tingkatan ke dua,* yaitu as-saabiquun al-muqarrabuun (orang yang bersegera dalam kebaikan dan sangat dekat dengan Allah Ta’ala). Mereka berlomba-lomba dan bersegera berbuat kebaikan, yaitu dengan melaksanakan yang wajib, meninggalkan yang haram, senantiasa berusaha mengerjakan amal sunnah, dan juga meninggalkan perkara makruh. Inilah derajat atau tingkatan kewalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan pertama. 


*MENGIKUTI SUNNAH LEBIH UTAMA DARIPADA MEMPERBANYAK AMAL* 

Di antara kaidah yang mungkin tidak banyak diketahui oleh kaum muslimin adalah kaidah, Mengikuti sunnah itu lebih utama daripada memperbanyak amal.


Kaidah ini diambil dari firman Allah Ta’ala (yang artinya),


Dialah (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, *siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.* Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Mulk: 2).


Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala tidak mengatakan, siapa di antara kalian yang lebih banyak amalnya”.


Tentang ayat di atas, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,


(Yaitu amal) yang paling ikhlas dan paling benar”. Beliau rahimahullah menjelaskan, Sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan dengan ikhlas, namun tidak benar, maka amalan tersebut tidak diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah benar, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan benar. *Ikhlas jika ditujukan kepada Allah Ta’ala, dan benar jika sesuai dengan sunnah (tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).” (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, 1: 72).*


*PENERAPAN KAIDAH*

Berikut ini beberapa contoh penerapan dari kaidah di atas.


*Pertama,* salat sunnah sebelum subuh (qabliyah subuh) dianjurkan untuk dikerjakan dengan ringkas, tidak berlama-lama. Ada orang yang ingin memperpanjang bacaan Alquran, misalnya dengan membaca surat Al-Ma’aarij dan surat Al-Insaan, memperlama rukuk dan sujud, dan memperbanyak doa ketika sujud. Sedangkan orang kedua, melaksanakan salat tersebut dengan ringkas, di rakaat pertama membaca surat pendek Al-Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat Al-Ikhlas.


Berdasarkan kaidah di atas, yang lebih utama adalah salat sunah qobliyah Subuh sebagaimana yang dikerjakan oleh orang kedua. Karena tata cara tersebut lebih sesuai dengan contoh atau praktik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.


*Kedua,* ada seseorang yang ingin berpuasa setiap hari (puasa dahr). Sedangkan orang kedua, dia ingin berpuasa sehari, dan tidak bepuasa sehari (puasa Dawud). Maka orang kedua lebih utama, meskipun amalnya lebih sedikit karena lebih sesuai dengan sunnah.


Hal ini karena puasa setiap hari diperselisihkan hukumnya oleh para ulama, apakah makruh ataukah tidak. Sedangkan puasa Dawud tanpa ada perselisihan adalah puasa yang dianjurkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud, yaitu berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (H.R. Bukhari dan Muslim).


*Ketiga,* seseorang melaksanakan salat di belakang maqom Ibrahim setelah thawaf dengan memperpanjang bacaan, memperpanjang rukuk dan sujud. Sedangkan orang kedua salat di belakang maqom dengan membaca surat Al-Kafirun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua dan melaksanakan dengan ringkas. Maka yang lebih utama adalah salat orang kedua.


Oleh karena itu, hendaknya semua ibadah yang kita lakukan dibangun di atas ilmu, sehingga dapat sesuai (cocok) dengan sunnah (tuntunan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan hanya dibangun atas dasar semangat semata yang tidak dilandasi ilmu yang benar.


*MENJAGA AMAL IBADAH WAJIB DENGAN MENJAGA PELAKSANAAN IBADAH SUNNAH*

Seseorang yang bermudah-mudahan untuk mengerjakan perbuatan yang hukumnya makruh, akan lebih mudah untuk terjerumus ke dalam perbuatan haram. Diriwayatkan dari sahabat An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, dan yang haram juga jelas. Di antara keduanya, terdapat perkara yang samar (syubhat), yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Siapa saja yang menjaga dirinya dari perkara syubhat, dia telah membersihkan agama dan kehormatannya. *Dan siapa saja yang terjerumus dalam perkara syubhat, dia telah terjerumus ke dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala yang menggembalakan binatang ternaknya di sekitar tanah/daerah larangan, maka lambat laun ternak tersebut akan masuk ke dalam daerah larangan tersebut.* Ketahuilah bahwa setiap raja itu memiliki area/daerah larangan. Dan ketahuilah bahwa area/daerah larangan Allah adalah perkara-perkara yang Allah haramkan. Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, maka menjadi baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya.” (H.R. Bukhari).


Dalam hadits di atas, seseorang yang gemar mendekati hal-hal yang Allah Ta’ala haramkan (belum sampai mengerjakannya), cepat atau lambat dia akan terjerumus ke dalamnya. Demikian pula sebaliknya. Seseorang yang bermudah-mudah untuk meninggalkan amal sunnah dan menjauh dari amal sunnah, cepat atau lambat dia akan mudah meninggalkan amal yang wajib.


*Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk memperhatikan amal ibadah sunnah, setelah menyempurnakan ibadah yang bersifat wajib*.


Wasalamualaikum warohmatulloh wabarokatuuh...                                                                      📿🤲🌹🕌🌹🤲📿

ORANG YANG HARAM BAGINYA TERSENTUH API NERAKA*

 *

Oleh Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah MA, حفظه الله تعالى


Dari 'Abdullah bin Mas'ud rodhiyallahu 'anhu, Rosulullah shollallahu 'alayhi wa sallam bersabda:⁣


"Maukah kalian aku tunjukkan orang yang Haram baginya tersentuh api neraka..?"⁣


Para Sahabat berkata,  "Mau, wahai Rosulullah..!"⁣


Beliau shollallahu 'alayhi wa sallam menjawab,  "(yang Haram tersentuh api Neraka adalah) orang yang HAYYIN, LAYYIN, QORIIB, SAHl.."⁣


(HR At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban, di shohihkan oleh Al-Albani)⁣

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟, قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ, قَالَ: ” كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ قَرِيبٍ سَهْلٍ”⁣

انظر صَحِيح الْجَامِع: 3135 , صَحِيح التَّرْغِيبِ وَالتَّرْهِيب: ⁣

📌 HAYYIN⁣

Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin. Tidak labil dan gampang marah, penuh pertimbangan. Tidak mudah memaki, melaknat serta teduh jiwanya.⁣

📌 LAYYIN⁣

Orang yang lembut dan santun, baik dalam bertutur-kata atau bersikap. Tidak kasar, tidak semaunya sendiri. Tidak galak, tidak suka memarahi orang yang berbeda pendapat dengannya. Tidak suka melakukan pemaksaan pendapat. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk sesama manusia.⁣

📌 QORIIB⁣

Akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan bagi orang yang diajak bicara. Wajah yang berseri-seri dan murah senyum jika bertemu serta selalu menebar Salam.⁣

📌 SAHL⁣

Orang yang tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada solusi bagi setiap permasalahan. Tidak suka berbelit-belit, tidak menyusahkan dan tidak membuat orang lain lari serta menghindar..


,*SUMBER:* https://bbg-alilmu.com/archives/58328

Minggu, 06 November 2022

Sholat Kunci Masuk Surga*

 *ONE DAY ONE HADITS*


Selasa, 1 November 2022 / 6  Rabi'ul Akhir 1444


*


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ .


Dari Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiyallahu ‘anhuma, bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah dengan berkata, “Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, lalu saya tidak menambah lagi sedikit pun, apakah saya akan masuk surga?” Beliau menjawab, Ya.” (HR. Muslim).


Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :


1- Bahwa orang yang mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan akan masuk ke dalam surga.

2- Boleh meninggalkan amalan sunat secara garis besar, jika maksudnya bukan meremehkan.

3- Tujuan hidup ini adalah agar kita masuk ke dalam surga.

4- Sholat Kunci Masuk Surga 


وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ الصَّلَاةُ.


Rasulullah ﷺ bersabda: Kunci surga adalah sholat.(Hr Tirmizi di dalam kitab shahihnya) 

5- Pentingnya shalat yang lima waktu, dan bahwa shalat merupakan sebab seseorang masuk ke surga, demikian juga menunjukkan pentingnya puasa.

6- Tidak disebutkan di dalam hadits tersebut zakat dan haji, karena zakat dan haji sudah masuk ke dalam keumuman kalimat “mengharamkan yang haram”.

7- Bisa juga tidak disebutkan kata-kata zakat, karena orang tersebut fakir, tidak mampu berzakat, sehingga Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai dengan keadaannya. 

8- Sedangkan tidak disebutkan hajji, bisa saja karena waktu itu belum diwajibkan (sebagaimana dijelaskan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam syarah Al Arba’in beliau).


Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :


1- Allah memerintahkan mendirikan shalat setelah Allah Azza wa Jalla menyebutkan masalah tauhid.


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي


Sesungguhnya Aku ini adalah Allâh, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Aku, maka beribadahlah kepada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” [Thaha/20:14]


2- Setiap Muslim diwajibkan melaksanakan sholat lima waktu. 


فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا


Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Alquran surat An nisa 103).Lr

Pemuka Agama yg menyesatkan❗*

 *ONE DAY ONE HADITS*


Senin, 05 Rabi'ul Tsani 1444 H/ 31 Oktober 2022 M



*



*عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ هُبَيْرَةَ ، أَخْبَرَنِي أَبُو تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيُّ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي أَبُو ذَرٍّ ، قَالَ : " كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : ( لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي ) قَالَهَا ثَلَاثًا . قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، مَا هَذَا الَّذِي غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُكَ عَلَى أُمَّتِكَ ؟ قَالَ :إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ " وصححه الألباني رحمه الله في " صحيح سنن أبي داود " .*


_*Dari Abdullah bin Hubairah memberi khabar kepadaku Abu Tamim Al Jaisyani, berkata: Memberi khabar kepadaku Abu Dzar,  Ia berkata: Aku berjalan bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam maka beliau bersabda : "(Sungguh selain dajjal yang paling aku takuti atas umatku) dan beliau berkata sampai tiga kali, berkata Abu Dzar : Aku bertanya : wahai Rasulullah apa yang selain dajjal yang engkau takuti atas umatmu? Rasulullah menjawab: Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas umatku adalah para imam atau pemuka agama yang menyesatkan. (HR. Abu Daud dishahihkan oleh Syaikh Al Bani)*_ 


*Pelajaran yang terdapat di dalam Hadist diatas:*


1️⃣ *Ulama' sejatinya merupakan pemuka agama yang mengayomi dan mendidik masyarakat untuk menjadi pribadi yang shaleh.* Namun ulama su‘ justru sebaliknya, ia menganjurkan kebaikan tapi perbuatannya tidak mencerminkan demikian.


2️⃣ *Tentang ulama' su‘ ini, Imam Ghazali kemudian mengutip sabda Rasul saw. saat berpesan kepada umatnya,*


*أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال فقيل: وما هو يارسول الله؟، فقال: علماء السوء*


_*“Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ke­timbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su.”*_


3️⃣ *Dengan menyebut aimmah mudhillin (para pemuka agama yang menyesatkan) bukan ulama su’. Namun keduanya memiliki arti yang sama.*


4️⃣ *Menurut Imam Ghazali, alasan kekhawatiran Rasulullah sebab Dajjal memang bertujuan menyesatkan, se­dangkan ulama su‘ walaupun lidah dan ucapannya me­malingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana. Adapun ciri-ciri ulama su‘ menurut Imam Ghazali di antaranya;*


_*Pertama,*_ ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta. Ilmunya menjadi tum­puan untuk meraih sasaran duniawi.


_*Kedua,*_ ia menggunakan ilmunya untuk berbang­ga dengan kedudukannya.


_*Ketiga,*_ ia menyombongkan diri de­ngan besarnya jumlah pengikut.


_*Keempat,*_ ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi ALLAH karena ciri-ciri, pakaian, dan ke­pandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.


5️⃣ *Mereka merupakan golongan orang-orang merugi yang digambarkan dalam hadis Nabi saw., “Siapa yang ber­tambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari ALLAH.”*



*Tema Hadist yang berkaitan dengan ayat Al- Qur'an :*


_- Perintah untuk waspada terhadap ulama su' (ulama yang jahat), seperti apa yang dikatakan oleh Sufyan ibnu Uyaynah, "Orang yang rusak dari kalangan ulama kami, maka dia lebih mirip dengan orang Yahudi; dan orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah kami, maka dia lebih mirip dengan orang Nasrani."_


*يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الأحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنزونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ* 


_*"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." [QS.At-Taubah:34]*_