Jumat, 04 Oktober 2013

BAB 4 KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP

Peta Konsep
Peta Konsep Kelangsungan Hidup
Peta Konsep Kelangsungan Hidup
A. Pengertian Kelangsungan Hidup

Setiap makhluk hidup telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kemampuan untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga keturunannya supaya tetap lestari. Tetapi, karena keserakahan makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatnya dan ketidakpedulian manusia akan kelestarian lingkungan hidup telah merusak ekosistem yang baik. Telah
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
Setiap jenis makhluk hidup dapat lestari jenisnya sampai saat ini karena berasal dari makhluk hidup sebelumnya yang sejenis dapat bereproduksi dan berdaptasi dengan lingkungan. Jika makhluk yang hidup pada zaman dulu tidak mampu bertahan dalam kelangsungan hidupnya, maka jenis makhluk hidup itu akan punah seperti dinosaurus. Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, seleksi alam, dan perkembangbiakan.
B. Adaptasi
1. Pengertian
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Ada tiga macam bentuk adaptasi, yaitu:

a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
2. Jenis-jenis Adaptasi
a. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui fungsi kerja organ-organ tubuh supaya bisa bertahan hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh sehingga sulit untuk diamati.
 1) Ikan air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Ikan air laut menghasilkan urine lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Hal ini dikarenakan kadar garam air laut lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang pekat.
2) Kekebalan serangga terhadap insektisida akan meningkat (menjadi kebal) karena penggunaan insektisida secara terus menerus.
3)  Hewan-hewan herbivor beradaptasi terhadap makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau, dan domba merupakan hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam lambung. Rayap dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat mencerna kayu dengan bantuan enzim selulose.
4) Tubuh manusia mampu menambah jumlah sel darah merah apabila berada di pegunungan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh,Lantaran pegunungan sedikit oksigen.
Jumlah sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan orang yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan parsial oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika tekanan parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk mengikat oksigen. Tekanan parsial oksigen adalah perbandingan kadar oksigen di udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara.
5) Mata manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di tempat gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang terang, pupil kita akan menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah upaya untuk mengatur intensitas cahaya.
6) Bau yang khas pada bunga dapat mengundang datangnya serangga untuk membantu penyerbukan. Bunga jenis ini menghasilkan madu atau nectar, dan serbuk sarinya mudah melekat. Akar dan daun pada tumbuhan tertentu dapat menghasilkan zat kimia yang berbau khas yang dapat menghambat tumbuhan lain di dekatnya.
b. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah tingkah laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Adaptasi tingkah laku dapat berupa hasil belajar maupun insting/naluri sejak lahir. Terdapat dua macam tingkah laku, yaitu sebagai berikut.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
Mimikri Bunglon
Mimikri Bunglon
a) Mimikri adalah kemampuan untuk meniru bentuk, suara, dan tingkah laku seperti hewan lain sehingga akan dikira predator atau hewan yang beracun atau berbahaya. 
b) Migrasi juga merupakan bentuk adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari satu kawasan ke kawasan lain dan kemudian kembali lagi. Hewan bermigrasi dengan berbagai alasan antara lain memperoleh iklim yang baik, makanan yang cukup, tempat yang lebih aman, dan kepentingan perkembangbiakan.
c) Hewan yang hidup di daerah kutub atau daerah yang mengalami pergantian empat musim yang perbedaan suhunya ekstrim, biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah tidur dalam jangka waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Aktivitas tubuh seperti denyut jantung dan napas sangat pelan sehingga hanya memerlukan energi/makanan yang sedikit. Contohnya kelelawar, ular, dan beruang kutub. Selama hibernasi hewan menggunakan lemak dalam tubuh sebagai sumber energi.
d) Kucing mengincar mangsanya dengan cara mendekam. Ketika mangsa mendekat dan lengah, maka kucing akan meloncat dan menerkam mangsanya. Tingkah laku demikian untuk menghemat energi. Lain halnya dengan cicak.
e)  Cicak akan memutuskan ekornya pada saat berada dalam ancaman. 
f)   Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya.
g) Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
c. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah dikenali dan mudah diamati karena tampak dari luar.
Adaptasi morfologi berupa penyesuaian tubuh hewan seperti ukuran dan bentuk gigi, penutup tubuh, dan alat gerak hewan. Gigi disesuaikan dengan jenis makanannya, sehingga gigi hewan pemakan daging berbeda dengan hewan pemakan tumbuhan. Penutup tubuh seperti rambut, duri, sisik, dan bulu yang tumbuh dari kulit disesuaikan dengan kondisi lingkungannya sehingga dapat membantu hewan untuk tetap bertahan hidup. Contoh yang lain adalah variasi tulang belakang dan sirip pada ikan pari disebabkan perbedaan suhu saat pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh variasi temperatur saat inkubasi (pengeraman), serta bentuk paruh dan kaki burung bervariasi sesuai dengan jenis makanan dan habitatnya.
Variasi Bentuk Paruh Burung
Variasi Bentuk Paruh Burung
Variasi Bentuk Kaki Burung
Variasi Bentuk Kaki Burung
Burung kolibri memiliki paruh panjang dan runcing. Paruh ini digunakan untuk menghisap madu. Serangga juga beradaptasi dengan lingkungan melalui bentuk organ tubuhnya.  Organ tubuh jangkrik dan belalang yang digunakan untuk beradaptasi adalah mulut. Mulut kedua hewan tersebut mempunyai rahang bawah dan atas yang kuat.
Tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya melalui bentuk tubuhnya, yaitu:
1) Tumbuhan Xerofit
Tumbuhan xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang ekstrim panas dan kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus dapat bertahan hidup dalam kondisi kering.
Bentuk adaptasinya yaitu daun tidak berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya, tetapi mengalami modifikasi menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air pada batangnya. Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan. Sistem perakarannya panjang untuk mencapai tempat yang jauh yang mengandung air.
2) Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Adaptasi morfologi yang dilakukan antara lain memiliki rongga udara di antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat mengapung. Daunnya lebar dan stomata terletak di permukaan atas. Contoh tumbuhan hidrofit adalah kangkung, eceng gondok, dan teratai.
3) Tumbuhan Higrofit
Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya yaitu mempunyai daun yang tipis dan lebar.
C. Seleksi Alam
Dalam kehidupan sehari-hari, seleksi berarti pemilihan, dan alam berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
1. Faktor penyeleksi alam
Seleksi alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Suhu lingkungan
Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
b. Makanan
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan adalah kebutuhan primer makhluk hidup. Makanan akan menjadi faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan. Makhluk hidup yang kuat dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung hidup, sebaliknya hewan yang lemah dan tidak mampu bersaing dalam perebutan makanan akan tereliminasi dan punah.
c. Cahaya matahari
Faktor matahari berhubungan dengan penyeleksian tumbuhan tingkat tinggi yang berklorofil. Karena tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk pembentukan makanan.
2. Kepunahan makhluk hidup
Berdasarkan temuan fosil-fosil, dapat diketahui bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup pada jaman dahulu tidak ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih hidup sampai sekarang yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup pada jaman karbon sampai sekarang. Hewan lain yang hampir mirip dengan hewan yang telah punah adalah kadal dan komodo. Ketiga hewan tersebut adalah hewan yangtergolong dalam fosil hidup.
Dinosaurus merupakan contoh hewan yang telah punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang menyebabkan kepunahan hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu akan menyebabkan kematian banyak jenis tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor tidak bisa mendapatkan makanan. Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan hidup untuk sementara. Tetapi dengan berjalannya waktu, hewan karnivorpun mati.
Saat ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan liar, penangkapan, perusakan habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang tidak alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang harus bermigrasi ke daerah yang kurang sesuai dengan lingkungan alaminya. Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk memperoleh makanan yang cukup.
Di Indonesia, terdapat banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya adalah harimau jawa, badak bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak bali. Hewan yang hampir punah tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh manusia, perburuan liar, kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi yang rendah.
D. Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Perkembangbiakan makhluk hidup dapat dipergunakan untuk melangsungkan kehidupan. Karena bila tanpa perkembangbiakan, maka makhluk hidup akan punah. Misalkan pada suatu perkebunan terdapat populasi belalang yang terkena radiasi, sehingga belalang jantan menjadi mandul dan tidak dapat melakukan perkawinan dengan belalang betina. Ketidakmampuan belalang untuk berkembang biak akan menyebabkan belalang di perkebunan tersebut punah. Jadi, belalang tersebut tidak dapat menjaga kelestarian jenisnya karena tidak mampu berkembang biak.
Makhluk hidup ada yang mempunyai daya berkembang biak tinggi dan rendah. Makhluk hidup yang mempunyai daya berkembang biak tinggi akan mudah menjaga kelestarian hidupnya. Misalnya tikus, kucing, ilalang, dan enceng gondok.
Makhluk hidup yang mempunyai daya berkembang biak rendah sangat sulit menjaga kelangsungan dan kelestarian jenisnya. Misalnya gajah, hanya beranak sekali dalam dua tahun dan setiap kali beranak hanya seekor. Demikian pula badak, komodo, kancil, burung merak, jerapah, harimau, dan ikan paus biru yang hanya menghasilkan dua anak dalam waktu 10 tahun. Hewan yang memiliki daya berkembang biak rendah merupakan hewan-hewan yang terancam kelestariannya.
Selain hewan, tumbuhan juga dilindungi oleh negara karena  kelangkaan dan daya berkembang biaknya rendah.  Misalnya tumbuhan yang dilindungi oleh negara adalah bunga bangkai (Refflesia Arnoldi), anggrek bulan Ambon, kemang, kepuh, kayu ulin Kalimantan,  kemenyan, dan gaharu dilindungi oleh negara.

    • Ikan pari beradaptasi secara fisiologis yaitu dengan sedikit minum dan banyak mengeluarkan urine untuk mengurangi salinitas (kadar garam),,

  1. samakah kamuflase dengan mimikri ? mohon dijawab mas ary …………………..!

    • Mimikri merupakan proses adaptasi dimana warna kulit hewan akan berubah sesuai dengan tempatnya ia singgahi untuk melindungi diri dari predator dan mencari mangsanya.
      contoh :
      -bunglon yang berada di dahan pohon yang berwarna coklat tidak akan terlihat karena kulitnya berubah mengikuti warna dahan pohon tersebut
      -gurita yang merubah pigmen kulitnya sesuai keadaan sekitarnya atau mengikuti warna terumbu karang yang ada di sekitarnya.
      akan tetapi perubahan pigmen kulit bunglon tidak secepat perubahan pigmen gurita karena bunglon tidak bisa merubah warna kulitnya kedalam beberapa warna secara sekaligus
      kamuflase : proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk mencari makan
      contoh :

      -Chetah/singa suka mengintai mangsanya diantara rumput alang2 yang berwarna coklat agar tidak terlihat oleh mangsanya hal ini terjadi karena warna rambut singa sama dengan warna rumput tersebut.
      -ular piton hijau suka berdiam di dahan pohon yang berwarna hijau sambil mengintai mangsanya yaitu katak pohon atau burung
      perbedaan :
      - mimikri : perubahan pigmen kulit sesuai tempat yang disinggahi
      - kamuflase: warna pigmen kulit tidak berubah, akan tetapi hewan yang menggunakan cara ini akan berada di tempat yang sesuai dengan warna kulit untuk melindungi diri dari predator dan mencari mangsa.


    • Adaptasi tingkah laku pada rayap
      Rayap adalah golongan serangga penghancur kayu. Mengapa rayap dengan mudah dapat mencerna kayu? Rayap mampu mencerna kayu bukan karena mempunyai enzim yang dapat mencerna kayu, melainkan karena di dalam ususnya terdapat hewan flagellata yang mampu mencernakan kayu. Hewan flagellata mampu menghasilkan enzim selulose.
      Secara periodik, rayap mengalami pengelupasan kulit. Pada saat kulit mengelupas, usus bagian belakang ikut terkelupas, sehingga flagellata turut terbawa oleh usus. Untuk mendapatkan kembali flagellata tersebut, rayap biasanya memakan kembali kelupasan kulitnya. Berbeda dengan rayap dewasa, rayap yang baru menetas suka menjilati dubur rayap dewasa untuk mendapatkan flagellata.

  2. adaptasi hewan terhadap lingkungan darat contohnya apa?
    terima kasih
    • 19 November 2012 pada 20:38 | #8
      Bentuk adaptasi hewan yang hicup di darat terhadap lingkungannya, misalnya dengan cara:
      1. Mempunyai Kulit tebal dan lapisan tanduk (kulit ari)
      2. Alat geraknya disesuaikan dengan lingkungan darat.
      Contoh: Mamalia mempunyai alat gerak berupa kaki dan tangan
      3. Unta, beradaptasi terhadap kekurangan air dengan cara sekali minum dapat menghabiskan air 115 liter air atau lebih dalam beberapa menit dan dapat bertahan selama 6-8 hari tanpa minum lagi. Unta masih dapat hidup walaupun tubuhnya sudah kehilangan air + 40% dan kotorannya sangat kering serta urinenya sangat pekat. Sedangkan hewan lain akan mati jika tubuhnya kehiolangan air sampai 20%.
      4. Tikus padang pasir, untuk beradaptasi terhadap lingkungannya, ia hanya mencari makanan pada waktu menjelang pagi atau malam hari dan pada siang hari berlindung di dalam lubang yang lembab. Ia tidak pernah minum dan mendapatkna air dari biji-bijian, akar serta potongan-[otongan tumbuhan yang dimakannya.
      5. Anjing hanya memiliki sedikit kelenjar keringat. Sebagai adaptasi untuk menurunkan suhu tubuhnya, anjing sering menjulurkan lidah sambil bernapas terengah-engah guna memperbanyak pengeluaran dan penguapan air melalui lidahnya.
      6. Di daerah dingin, hewan-hewan harus berusaha mempertahankan panas tubuhnya agar tidak kedinginan. hewan didaerah kutub, seperti anjing laut dan beruang kutub beradaptasi dengan memiliki bulu tebaldan timbunan lemak dibawah kulitnya untuk menjaga agar suhu tubuhnya tetap. Di musim dingin, hewan-hewan melakukan kegiatan sangat terbatas dan menghemat pengeluaran energi dari tubuhnya. Sebagian besar waktunya digunakan untuk tidur di lubang persembunyiannya. Keadaan ini disebut tidur musim dingin atau hibernasi. Bila musim dingin berlalu, hewan-hewan ini akan aktif kembali.
      7. Cacing tanah beradapatasi dengan permukaan tubuhnya yang selalu basah dan berlendir sehingga mudah menerobos dan membuat liang di dalam tanah.
      8. Burung-burung yang masih hidup di darat dan dapat terbang, umumnya mempunyai bentuk adaptasi sebagai berikut:
      a. Tulang-tulangnya berongga dan antar tulang yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang kuat.
      b. Mempunyai pundi-pundi hawa yang efektif untuk bernafas waktu terbang.
      c. Anggota gerak depan berupa sayap dan mempunyai banyak bulu yang tersusun rapat.
      d. Tulang dada menonjol ke depan, serta mempunyai otot dada yang amat kuat

      SUMBER 2

      A. Adaptasi

      Adaptasi diperlukan makhluk hidup untuk bertahan hidup. Adaptasi terbagi menjadi tiga macam, yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.

      1. Adaptasi Morfologi

      Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau struktur tubuh tertentu dari suatu organisme terhadap lingkungannya. Adaptasi ini terjadi pada hewan dan tumbuhan.

      a. Adaptasi Morfologi pada Hewan

      Beberapa contoh adaptasi morfologi pada hewan adalah bentuk paruh dan kaki pada burung, tipe mulut serangga, dan bentuk gigi hewan.
      1) Bentuk paruh dan kaki burung
      Pernahkah kamu memperhatikan paruh burung yang berbeda-beda? Paruh burung beo berbeda dengan paruh burung elang. Paruh burung berbeda-beda sesuai dengan makanannya. Begitu juga dengan bentuk kaki burung, berbeda-beda sesuai dengan tempat hidup dan cara hidupnya.
      Burung elang memiliki kaki yang kuat untuk mencengkeram mangsanya dan memiliki paruh yang kuat untuk merobek mangsanya. Sedangkan, burung pencari makan di air memiliki paruh yang pipih dan panjang, serta memiliki kaki yang dilengkapi dengan selaput untuk berenang, contohnya adalah itik.
      Burung pelatuk yang memakan serangga di lubang-lubang pohon memiliki paruh seperti pahat. Sedangkan, burung kolibri yang menghisap madu bunga memiliki paruh yang kecil dan panjang.
      2)    Tipe mulut serangga
      Pada serangga terdapat beberapa tipe mulut. Perbedaan ini disebabkan perbedaan jenis makanannya.
      • Tipe mulut untuk menggigit dan mengunyah, contohnya belalang.
      • Tipe mulut untuk menusuk dan menghisap, contohnya nyamuk.
      •  Tipe mulut untuk menghisap, contohnya kupu-kupu.
      3)    Bentuk gigi hewan
      Bentuk gigi hewan bermacam-macam, tergantung jenis makanannya. Hewan pemakan tumbuhan atau herbivora memiliki gigi geraham depan dan belakang yang lebar dan datar. Gigi ini sangat sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah atau menggilas makanan. Hewan pemakan daging atau karnivora memiliki gigi taring yang tajam dan runcing untuk mengoyak mangsanya.
      Gambar 4.4 (a) gigi herbivora (b) Gigi karnivora
      Gambar 4.4 (a) gigi herbivora (b) Gigi karnivora

      b. Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan

      Adaptasi pada tumbuhan dapat menyebabkan perbedaan yang sangat nyata pada tumbuhan. Berdasarkan morfologi tubuhnya, tumbuhan dibagi menjadi beberapa macam, antara lain tumbuhan hidrofit, higrofit, dan xerofit.
      1) Tumbuhan hidrofit
      Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air dalam waktu yang lama. Tumbuhan ini mengapung di permukaan air, berdaun lebar dan tipis, memiliki lapisan kutikula yang tipis dan mudah ditembus air. Contohnya adalah teratai dan eceng gondok.
      2)    Tumbuhan higrofit
      Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan yang basah. Contohnya adalah keladi. Tumbuhan ini memiliki ciri daun yang lebar untuk mempercepat penguapan.
      3)    Tumbuhan xerofit
      Tumbuhan xerofit adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang sedikit air, seperti gurun pasir. Contohnya adalah kaktus. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah berdaun tebal dan berduri untuk mengurangi penguapan. Tumbuhan xerofit memiliki jaringan

      2. Adaptasi Fisiologi

      Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi kerja alat-alat tubuh suatu organisme terhadap lingkungannya. Contohnya, orang yang berada di dataran tinggi biasanya memiliki jumlah sel darah merah yang lebih tinggi dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah. Contoh lainnya adalah di dalam saluran pencernaan hewan memamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba terdapat mikro-organisme yang menghasilkan enzim selulase. Enzim ini berperan dalam mencerna selulosa yang terdapat pada sel-sel tumbuhan yang dimakannya.

      3. Adaptasi Tingkah Laku

      Adaptasi tingkah laku adalah perubahan perilaku suatu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
      Beberapa contoh adaptasi tingkah laku adalah sebagai berikut:

      a. Mimikri

      Mimikri adalah perubahan warna kulit hewan sesuai lingkungan tempat ia tinggal, contohnya bunglon. Apabila
      bunglon tinggal di daun yang hijau, tubuhnya akan berwarna hijau seperti daun. Sebaliknya, jika lingkungan tempat tinggalnya di batang pohon, warna tubuhnya akan seperti warna batang pohon. Hal ini menyebabkan bunglon terhindar dari pemangsanya.
      Serangga juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnya, kupu-kupu yang menyerupai daun kering, ada juga serangga yang menyerupai daun yang hijau atau memiliki bentuk tubuh seperti ranting.
      Gambar 4.8 Serangga menyerupai daun hijau
      Gambar 4.8 Serangga menyerupai daun hijau

      b.    Autotomi

      Gambar 4.9Jika dikejar musuhnya, cecak akan melepaskan ekornya
      Gambar 4.9
      Jika dikejar musuhnya, cecak akan melepaskan ekornya
      Pernahkah kamu melihat cecak melepaskan ekornya saat dikejar musuhnya? Ekornya yang lepas akan bergerak-gerak sehingga perhatian pemangsa beralih ke ekor tersebut dan cecak dapat menghindar atau menyelamatkan diri dari pemangsanya. Hal ini disebut autotomi. Autotomi adalah pemutusan ekor pada hewan untuk menjaga dirinya dari serangan musuh.

      c.    Munculnya Paus ke Permukaan Air

      Paus merupakan hewan mamalia yang hidup di air. Mereka bernapas dengan paru-paru. Untuk menghirup udara yang mengandung oksigen, hewan tersebut muncul ke permukaan air. Setelah menghirup udara, hewan tersebut menyelam kembali ke dalam air. Kemudian, muncul kembali dan menghembuskan udara yang jenuh dengan uap air dari paru-paru melalui lubang hidung yang terdapat di bagian atas tubuh hewan tersebut.
      Gambar 4.10 Paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara
      Gambar 4.10 Paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara

      d.    Pengeluaran Cairan Tinta

      Cumi-cumi dan gurita akan menyemprotkan tintanya dan berenang menjauh jika dalam keadaan bahaya. Hal ini dilakukan untuk mengecoh lawan sehingga lawan tidak bisa mengetahui keberadaannya karena lingkungan sekitarnya menjadi gelap.
      Gambar 4.11 Gurita dapat mengeluarkan cairan tinta
      Gambar 4.11 Gurita dapat mengeluarkan cairan tinta

      e.    Perilaku Reproduksi

      Dalam perilaku reproduksi, biasanya seekor hewan jantan bertarung dengan jantan lain. Hal ini terjadi agar dapat menguasai si betina dan dapat melakukan perkawinan untuk berkembang biak. Ada pula jantan yang menunjukkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya untuk menarik perhatian si betina. Contohnya, burung merak jantan akan mengembangkan bulu ekornya untuk menarik perhatian betina saat musim kawin.
      Gambar 4.12 Burung merak jantan sedang menarik perhatian betinany
      Gambar 4.12 Burung merak jantan sedang menarik perhatian betinanya

      B. Seleksi Alam

      Bencana alam atau perubahan iklim yang drastis menyebabkan alam berubah. Agar dapat terus hidup, makhluk hidup harus bisa beradaptasi dengan perubahan alam tersebut. Makhluk hidup yang tidak bisa beradaptasi akan punah. Oleh karena itu, secara tidak langsung alam menyeleksi organisme yang hidup di dalamnya.
      Apabila terjadi suatu bencana pada ekosistem, organisme ekosistem tersebut memiliki dua pilihan, yaitu bertahan hidup atau bermigrasi. Bila bertahan hidup, organisme tersebut harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ada juga organisme yang lebih memilih untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. Di lingkungan yang baru ini, hanya organisme yang dapat beradaptasi yang dapat hidup dan melestarikan keturunannya. Keturunan yang baru di tempat yang baru, lama kelamaan akan mengalami perubahan dan pada akhirnya akan terbentuk spesies yang baru.

      1. Terbentuknya Spesies Baru

      Organisme yang mampu bertahan hidup di tempat yang baru akan berkembang biak dan menghasilkan keturunan yang baru. Keturunan yang baru ini langsung bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru tanpa mengenal kebiasaan leluhurnya. Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan yang mengarah ke evolusi dan menyebabkan terbentuknya spesies baru.
      Perubahan yang bisa menyebabkan terbentuknya spesies baru bisa dilihat pada burung Finch di pulau Galapagos yang diteliti oleh Charles Darwin. Nenek moyang burung Finch ini diduga berasal dari Ekuador yang memakan biji-bijian. Tetapi, burung Finch di pulau Galapagos memiliki paruh yang bentuk dan ukurannya berbeda-beda tergantung pada jenis makanannya.
      Burung Finch pemakan biji-bijian memiliki paruh berbentuk tebal dan kuat. Burung Finch penghisap madu memiliki bentuk paruh lurus dan panjang. Sedangkan, burung Finch pemakan serangga memiliki bentuk paruh yang seperti burung pemakan serangga.

      Gambar 4.13 Burung Finch di Pulau Galapagos
      Gambar 4.13 Burung Finch di Pulau Galapagos
      Perbedaan paruh burung Finch ini membuat Darwin menduga bahwa penyebabnya adalah terbatasnya biji-bijian di lingkungan yang baru. Akibatnya, keturunan yang baru beradaptasi dengan mengubah menu makanannya. Lama kelamaan hal ini menyebabkan perubahan bentuk paruh pada burung Finch. Perubahan ini menyebabkan generasi yang baru memiliki bentuk paruh yang sangat berbeda dengan leluhurnya dan mengarah ke bentuk spesies yang baru.

      2. Kepunahan Organisme

      Organisme yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya akan mengalami kepunahan. Punahnya organisme ini bisa terjadi karena alam dan ulah manusia. Contoh musnahnya organisme karena alam adalah punahnya Dinosaurus yang disebabkan oleh perubahan iklim yang sangat drastis di muka bumi saat itu. Para ahli menduga, saat itu ada meteor raksasa yang jatuh ke bumi yang membuat bumi dipenuhi gas, debu, dan pecahan batu. Hal ini menyebabkan bumi menjadi sangat panas sehingga tumbuhan menjadi kering. Akibatnya, Dinosaurus herbivora tidak memperoleh makanan, dan akhirnya mati. Hal ini menyebabkan Dinosaurus karnivora juga mati sehingga semua Dinosaurus musnah.
      Musnahnya organisme juga dapat disebabkan oleh ulah manusia yang melakukan perburuan liar, penebangan pohon, dan pembakaran hutan. Hal ini menyebabkan organisme kehilangan tempat tinggal dan akhirnya punah.

      C. Perkembangbiakan pada Tumbuhan

      Perkembangbiakan pada tumbuhan dibagi menjadi dua macam, yaitu perkembangbiakan generatif atau seksual dan vegetatif atau aseksual. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan secara kawin, terjadinya individu baru didahului dengan peleburan sel kelamin jantan dan betina. Sedangkan, vegetatif adalah perkembangbiakan secara tak kawin.

      1. Cara Reproduksi pada Tumbuhan

      Berikut ini adalah cara-cara reproduksi pada beberapa tumbuhan, baik secara vegetatif maupun generatif.

      a. Reproduksi Vegetatif

      Reproduksi vegetatif atau aseksual adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, individu baru berasal dari bagian-bagian tubuh induknya. Reproduksi vegetatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu vegetatif alami dan vegetatif buatan.
      1) Vegetatif alami
      Jenis-jenis perkembangbiakan secara vegetatif alami pada tumbuhan adalah sebagai berikut.
      a)    Membelah diri atau pembelahan biner
      Perkembangbiakan dengan membelah diri adalah satu sel induk membelah menjadi dua atau lebih sel anak. Setiap sel anak tumbuh menjadi individu baru. Sel anak sama dengan sel induk. Contohnya adalah pembelahan biner pada ganggang biru.
      Gambar 4.14 Ganggang biru
      Gambar 4.14 Ganggang biru
      b)    Spora
      Individu baru terbentuk dari spora yang dihasilkan oleh induknya. Tiap spora bisa tumbuh menjadi individu baru. Perkembangbiakan dengan spora terjadi pada alga, jamur, lumut, dan paku-pakuan.

      Gambar 4.15 Jamur
      Gambar 4.15 Jamur
      c)    Stolon atau geragih
      Stolon adalah cabang yang tumbuh mendatar di atas permukaan tanah. Contohnya, stroberi, rumput teki, dan daun kaki kuda.

      Gambar 4.16 Stolon
      Gambar 4.16 Stolon
      d)    Umbi
      Umbi adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umbi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

      (1)    Umbi akar
      Umbi akar adalah akar yang tumbuh membesar dan beberapa tempat pada umbi tersebut terdapat calon tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh ubi.

      (2)    Umbi batang
      Umbi batang adalah batang yang tumbuh membesar. Contoh: wortel, lobak, dan bit.
      (3)    Umbi lapis
      Merupakan modifikasi dari pelepah daun yang tersusun rapat membentuk umbi. Pada setiap ketiak lapisan terdapat calon tunas. Bagian dasar umbi yang berbentuk cakram merupakan modifikasi dari batang. Contoh: bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay.
      e)    Rimpang atau akar tinggal
      Akar tinggal disebut juga rhizoma, yaitu batang yang tumbuh mendatar di dalam tanah. Contoh: kunyit, jahe, kencur, dan temu lawak.
      f)    Tunas
      Tunas adalah tumbuhan yang tumbuh dari batang yang berada di dalam tanah. Umumnya, individu baru tumbuh tidak jauh dari induknya sehingga tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas membentuk rumpun. Contoh: pisang, bambu, dan tebu.
      g)    Tunas adventif
      Tunas adventif adalah tunas yang tumbuhnya tidak pada batang, misalnya di daun. Contoh: cocor bebek, cemara, dan sukun.
      2) Vegetatif buatan
      Vegetatif buatan terbagi menjadi beberapa macam, antara lain:
      • Mencangkok, hanya bisa dilakukan pada tumbuhan yang berkambium (dikotil). Contoh: jeruk, mangga, belimbing, dan jati.
      • Menyambung atau mengenten, dengan tujuan menyambung dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya, biasanya dilakukan pada pucuk tanaman. Contoh: singkong karet dengan singkong biasa.
      • Menempel atau okulasi, yaitu menggabungkan dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya dengan menggunakan lapisan kulitnya (pada mata tunas). Contoh: jeruk bali dengan jeruk limau.
      • Stek, yaitu cara memperbanyak tanaman dengan menggunakan potongan-potongan dari bagian tubuh tanaman, baik akar, batang, atau daun. Contoh: tebu, tanaman bunga, dan singkong.
      • Merunduk, yaitu membengkokkan cabang atau ranting tanaman ke bawah. Contoh: alamanda dan apel.

      b.    Reproduksi Generatif

      Tumbuhan melakukan reproduksi generatif dengan cara sebagai berikut:
      1. Konjugasi, yaitu reproduksi generatif pada tumbuhan yang belum jelas alat kelaminnya. Contoh: Spyrogyra (ganggang hijau) yang koloninya berbentuk benang.
      2. Isogami, yaitu peleburan 2 sel gamet atau kelamin yang sama besar. Contoh: Clamydomonas (ganggang biru).
      3. Anisogami, yaitu peleburan 2 sel gamet yang besarnya tidak sama. Gamet 1 lebih kecil (mikrogamet) dan gamet 2 lebih besar (makrogamet). Contoh: Ulva (ganggang yang berbentuk lembaran).
      4. Penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Terjadi pada tumbuhan berbunga (Antophyta) atau tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat kelamin jantan berupa benang sari dan alat kelamin betinanya berupa putik.

      c.    Metagenesis

      Penjelasan tentang metagenesis adalah sebagai berikut:
      1. Terjadinya reproduksi bergantian antara vegetatif dan generatif.
      2. Terjadi pada tumbuhan lumut dan paku-pakuan.
      3. Setiap generasi mengalami pergiliran keturunan, yaitu dari generasi gametofit (generasi penghasil gamet) ke generasi sporofit (generasi penghasil spora).

      2. Penyerbukan

      Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dibedakan menjadi:
      1. Anemogami (penyerbukan yang dibantu oleh angin), contohnya rumput, jagung, padi.
      2. Zoidiogami (penyebabnya hewan), dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
        • Entomogami (serangga), contoh: bunga matahari.
        • Kiropterogami (kelelawar), contoh: jambu biji.
        •  Ornitogami (burung), contoh: padi.
        • Malakogami (siput), contoh: tumbuhan buah.
        •  Hidrogami (air), contoh: tumbuhan air.
        •  Antropogami (manusia), contoh: vanili.
      Berdasarkan asal serbuk sarinya, penyerbukan dibedakan menjadi:
      1. Autogami (penyerbukan sendiri). Serbuk sari berasal dari bunga yang sama. Autogami yang terjadi sebelum bunga mekar disebut kleistogami.
      2. Geitonogami (penyerbukan tetangga). Serbuk sari berasal dari bunga lain, tetapi masih satu pohon.
      3. Alogami. Serbuk sari berasal dari pohon lain, tapi masih satu varietas.
      4. Bastar. Serbuk sari dari pohon lain yang berbeda varietas.

      3. Pembuahan

      Pembuahan adalah proses peleburan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina menjadi zigot sebagai calon individu baru.

      a. Pembuahan pada Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)

      Tumbuhan Gymnospermae disebut tumbuhan berbiji tertutup karena bijinya tidak tertutup, contohnya melinjo dan pakis haji. Serbuk sari terdiri atas dua sel, yaitu sel vegetatif (besar) dan sel generatif (kecil).
      Serbuk sari yang jatuh di kepala putik berada pada tetes penyerbukan, diisap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikrofil. Serbuk sari ini akan tumbuh membentuk buluh serbuk sari, kemudian bergerak menuju ruang arkegonium yang berisi sel telur.
      Sel generatif akan membelah menjadi dua, yaitu membentuk sel dinding (sel dislokator) dan sel spermatogen. Selanjutnya, sel spermatogen membelah membentuk dua spermatozoid yang mempunyai bulu getar. Jika buluh serbuk sari sudah sampai ke arkegonium, sel vegetatif akan lenyap, sel spermatozoid akan membuahi sel telur dan membentuk zigot. Proses pembuahan ini hanya terjadi satu kali sehingga disebut pembuahan tunggal.

      b. Pembuahan pada Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)

      Apabila serbuk sari jatuh di kepala putik, serbuk sari melekat. Serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang di dalamnya terdapat satu inti vegetatif dan dua inti generatif. Buluh serbuk sari menuju ruang bakal biji dengan inti vegetatif sebagai petunjuk jalan. Sesampainya serbuk sari di dalam bakal biji, inti vegetatif mati. Inti generatif 1 membuahi ovum dan menghasilkan zigot, inti generatif 2 membuahi inti kandung lembaga sekunder yang berfungsi menghasilkan cadangan makanan (endosperm) bagi calon individu baru. Pembuahan ini disebut pembuahan ganda karena terjadi dua pembuahan.

      4. Pemencaran Organisme

      Area atau daerah distribusi organisme satu dengan yang lain tidak sama karena kehidupan organisme sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Tumbuhan dapat hidup secara optimum apabila syarat yang diperlukan untuk tumbuh dan lingkungannya dapat dipenuhi.

      a. Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Dalam

      Pemencaran ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemencaran alat reproduksi vegetatif dan pemencaran alat reproduksi generatif.
      1)    Pemencaran alat reproduksi vegetatif
      Terjadi pada tumbuhan yang tidak menghasilkan biji. Contoh: pemencaran dengan stolon, rhizoma, umbi batang, dan tunas.
      2)    Pemencaran alat reproduksi generatif (pemencaran secara mekanik)
      Pemencaran dapat terjadi melalui cara-cara berikut ini:
      a)    Mekanisme ledakan
      Terjadi pada buah polongan, misalnya: petai cina. Jika kulit buah kering karena sinar matahari, maka akan mengerut dan pecah mendadak (meledak).
      b)    Gerak higroskopis
      Terjadi pada buah dalam keadaan basah dan karena perbedaan kadar air, kulit buah akan pecah. Misalnya: nangka.
      c) Mekanisme pedupaan (dengan penggoyangan), misalnya jagung
      Terjadi karena adanya penggoyangan, misalnya oleh tiupan angin. Contoh: jagung.

      b. Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar

      Pemencaran ini dibedakan menjadi anemokori, hidrokori, zookori, dan antropokori.
      1)    Anemokomori
      Anemokori adalah pemencaran dengan bantuan angin. Biasanya terjadi pada struktur biji yang dapat terbang, misalnya ringan dan kecil (biji anggrek), bersayap (biji mahoni), dan berjambul (biji aster, gerbera, dan kapas).
      2)    Hidrokori
      Hidrokori adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan air. Terjadi pada biji yang berat jenisnya kurang dari satu dan mempunyai perlindungan yang baik (kulit biji ada 3 lapis), misalnya pada kelapa.
      3)    Zookori
      Zookori adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan hewan. Zookori dibedakan menjadi:
      • Entomokori (dengan bantuan serangga, misalnya tumbuhan bunga).
      •  Ornitokori (dengan bantuan burung, misalnya tumbuhan biji-bijian).
      • Kiropterokori (dengan bantuan kelelawar, misalnya tumbuhan buah-buahan).
      • Mamokori (dengan bantuan mamalia, misalnya kopi oleh musang).
      4)    Antropokori (dengan bantuan manusia)
      Antropokori dapat terjadi secara sengaja (eksozoit). Misalnya, terjadi pada  tumbuhan yang mendatangkan keuntungan (kopi, cengkeh, padi, dan lain-lain). Secara tidak sengaja (endozoit), misalnya biji rumput jarum yang menempel pada pakaian atau bahan lain yang dibawa oleh manusia.

      D. Perkembangbiakan pada Hewan

      Perkembangbiakan pada hewan bisa terjadi secara aseksual dan seksual. Hewan avertebrata memiliki cara reproduksi yang berbeda dengan hewan vertebra

      1.    Reproduksi pada Hewan Avertebrata

      Reproduksi pada hewan avertebrata dapat terjadi secara vegetatif maupun generatif.

      a.    Secara Vegetatif

      Perkembangbiakan secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
      1.  Pembelahan biner, contoh: Protozoa.
      2. Fragmentasi (memisahkan sebagian koloni), contoh: Volvox.
      3. Sporalasi (dengan membentuk spora), contoh: Plasmodium.
      4. Tunas atau gemule, contoh: hydra, porifera, dan colenterata.
      5. Regenerasi (membentuk kembali bagian tubuh yang hilang). Contoh: cacing planaria dan bintang laut.

      b.    Secara Generatif

      Perkembangbiakan secara generatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
      • Partenogenesis (individu baru berasal dari sel telur yang tidak dibuahi), contoh: semut jantan dan lebah jantan.
      •  Dengan pembuahan, individu baru berasal dari peleburan sel kelamin betina atau sel telur dan sel kelamin jantan atau spermatozoa.
      • Konjugasi, yaitu reproduksi pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya, antara individu jantan dan betina belum bisa dibedakan. Contoh: cacing dan Paramecium.
      • Anisogami, peleburan gamet yang tidak sama besar. Contoh: terjadi pada plasmodium dalam tubuh nyamuk.
      • Hermafrodit, merupakan peristiwa yang menyimpang dari kebiasaan, yaitu individu mampu menghasilkan sel kelamin jantan dan betina.Contoh: hydra, cacing pita, dan cacing tanah.

      2.    Reproduksi pada Hewan Vertebrata

      Reproduksi pada hewan vertebrata hanya terjadi secara generatif. Terjadinya individu baru didahului dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina (pembuahan/ fertilisasi). Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovipar, vivipar, dan ovovivipar.
      a)    Ovipar (bertelur)
      Ovivar terjadi pada hewan yang meletakkan telurnya di luar tubuh induk betina. Contoh: unggas, ikan, dan katak.
      Gambar 4.22 Ayam merupakan hewan ovipar
      Gambar 4.22 Ayam merupakan hewan ovipar
      b)    Ovovivipar (bertelur beranak)
      Sebenarnya hewan ini bertelur, tetapi embrio berkembang pada saat telur masih berada di dalam tubuh induk betina. Contoh: pada sebagian reptil (kadal dan ular).
      Gambar 4.23Kadal merupakan hewan ovovivipar
      Gambar 4.23Kadal merupakan hewan ovovivipar
      c)    Vivipar (beranak)
      Embrio berkembang dalam rahim induk betina. Embrio mendapatkan makanan dari tubuh induk betina melalui plasenta. Contoh: mamalia dan manusia.

      a. Proses Pembuahan pada Hewan

      Pada hewan tingkat tinggi, jenis kelamin antara hewan jantan dan betina dapat dibedakan. Proses pembuahan berdasarkan tempatnya, dibedakan menjadi pembuahan di luar tubuh dan pembuahan di dalam tubuh.
      1)    Pembuahan di luar tubuh
      Pembuahan di luar tubuh dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
      a)    Pembuahan luar secara acak, yaitu peristiwa pengeluaran sperma dan sel telur oleh hewan jantan dan betina secara bersamaan di sembarang tempat dalam air. Contoh: katak dan ikan.
      b)    Pembuahan luar dalam sarang, sperma dan sel telur disimpan di dalam sarang atau cekungan.
      2)    Pembuahan di dalam tubuh
      Pembuahan di dalam tubuh disebut juga fertilisasi internal, terjadi dalam tubuh induk betina. Sel telur dari ovarium yang dihasilkan hewan betina dewasa disalurkan ke saluran telur. Sedangkan, hewan jantan memasukkan sperma ke dalam organ reproduksi betina. Dalam saluran telur terjadi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dan sperma. Pembuahan ini dilakukan umumnya pada hewan-hewan reptil, burung, mamalia, serta beberapa jenis ikan dan amfibi.

      b. Perkembangbiakan Seksual pada Mamalia

      Perkembangbiakan secara seksual pada mamalia adalah sebagai berikut.
      1)    Alat perkembangbiakan pada hewan jantan
      Hewan jantan mempunyai sepasang testis berbentuk bulat, terletak di dalam kantung yang disebut skrotum. Testis memproduksi sel kelamin jantan (spermatozoa) yang dikeluarkan melalui saluran sperma (vas deferens). Pada alat kelamin bagian luar terdapat penis yang mempunyai fungsi untuk memasukkan sel sperma ke dalam alat kelamin betina.
      2)    Alat perkembangbiakan pada hewan betina
      Hewan betina mempunyai sepasang ovarium yang terletak di sebelah kanan dan kiri ginjal, ukurannya sangat kecil, berfungsi menghasilkan ovum (sel telur). Jika ovum telah matang, akan terjadi ovulasi (pelepasan ovum) dan keluar ke oviduk menuju uterus (rahim). Uterus merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. Setelah uterus, terdapat vagina yang merupakan alat perkawinan luar, yaitu lubang tempat masuknya sel sperma.
      3)    Cara perkembangbiakan secara seksual
      Jika hewan telah memasuki tahap kedewasaan, sel telur akan dihasilkan dan terjadi ovulasi. Bila terjadi perkawinan, sperma masuk ke dalam alat reproduksi betina. Ovum yang telah diovulasi akan dibuahi dan terjadi di dalam oviduk. Setelah terjadi pembuahan, dihasilkan zigot yang akan bergerak menuju uterus dan menempel pada dinding uterus. Zigot tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Untuk memperoleh makanan dan oksigen dari induk, embrio dan induk dihubungkan dengan plasenta dan tali pusat. Embrio setelah mencapai kesempurnaan berubah menjadi fetus (janin) dan siap dilahirkan. Lamanya fetus atau masa kehamilan dalam uterus tiap hewan berbeda-beda.

      E. Tingkat Reproduksi

      Tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak. Artinya, tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan keturunan. Tingkat reproduksi sangat mempengaruhi kelangsungan hidupnya suatu organisme.
      Tingkat organisme dapat dikatakan rendah bila jumlah keturunan yang dihasilkan sedikit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Akibatnya, organisme tersebut akan mengalami kepunahan dan menjadi langka. Contohnya adalah badak bercula satu. Untuk menghasilkan satu keturunan atau satu anak membutuhkan waktu ± 6 tahun. Contoh lain adalah harimau sumatra, panda, dan koala.
      Tingkat organisme dikatakan tinggi bila mampu menghasilkan keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat. Makin banyak suatu makhluk hidup menghasilkan anak atau keturunan, secara tidak langsung kelangsungan hidup makhluk hidup tersebut mampu dipertahankan dan terhindar dari kepunahan. Contohnya adalah sapi, kambing, kelinci, ayam, itik, dan kuda.

      F. Ringkasan

      • Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau struktur tubuh tertentu suatu organisme terhadap lingkungannya.
      • Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi kerja alat-alat tubuh suatu organisme terhadap lingkungannya.
      • Adaptasi tingkah laku adalah perubahan perilaku suatu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
      • Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan secara kawin, terjadinya individu baru didahului dengan peleburan sel kelamin jantan dan betina.
      • Perkembangbiakan vegetatif atau aseksual adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, individu baru berasal dari bagian-bagian tubuh induknya.
      • Perkembangbiakan secara vegetatif alami terdiri dari membelah diri, spora, stolon atau geragih, umbi akar, umbi batang, umbi lapis, rimpang atau rhizoma, tunas, dan tunas adventif.
      • Vegetatif buatan terbagi menjadi beberapa macam, yaitu mencangkok, menyambung atau mengenten, menempel atau okulasi, stek, dan merunduk.
      • Reproduksi generatif pada tumbuhan dilakukan dengan cara konjugasi, isogami, anisogami, dan penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan.
      • Reproduksi secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara pembelahan biner, fragmentasi, sporalasi (dengan membentuk spora), tunas atau gemule, dan regenerasi (membentuk kembali bagian tubuh yang hilang).
      • Reproduksi secara generatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara partenogenesis dan pembuahan.
      •  Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovivar, ovovivivar, dan vivivar.
      • Tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak atau menghasilkan keturunan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar