Minggu, 22 Januari 2023

Muflis

 MEREKA PASTI MERUGI


Islam adalah agama yang penuh keadilan dan jauh dari kezaliman. Oleh karena itu Islam juga memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang berbuat zalim.

Saudaraku, tahukah engkau apa itu Al-Muflis?

Al Muflis adalah orang rugi dalam keadaan bangkrut di akhirat.. bisa jadi dia di dunia adalah orang yang memiliki banyak amalan-amalan shalih, tetapi tiada guna amalan itu baginya karena sebab ulahnya di dunia..

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman.

- Ia pernah mencela saudaranya,
- Menuduh tanpa bukti (memfitnah),
- Memakan harta,
- Menumpahkan darah orang,
- Memukul orang lain (tanpa hak).

Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah kebaikannya kepada orang-orang itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 6522)
---------------------------------------------------------------------------

Kekayaan sebenarnya

 Kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Bukanlah kekayaan itu adalah banyaknya harta benda, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati” (HR. Muslim no.6446, Muslim no. 1051).

@silsilahsahihah

Minggu, 04 Desember 2022

MUSLIM YANG PALING MULIA DAN PALING CERDAS

 Taawundakwah.com:

📋 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah ﷺ bersabda,

أَفْضَلُ المُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُم لِلمَوتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُم لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Orang mukmin yang paling utama adalah yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas." [HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma, Ash-Shahihah no. 1384]

AKHLAK BAIK MENCAKUP AKHLAK KEPADA ALLAH ﷻ DAN HAMBA-NYA

Asy-Syaikh As-Sindi rahimahullah berkata,

أَيِ: الَّذِينَ يُحْسِنُونَ مُعَامَلَتَهُمْ مَعَ اللَّهِ وَمَعَ النَّاسِ فَيَكُونُ أَفْضَلَ

"Mereka yang berakhlak baik adalah yang melakukan yang terbaik dalam berinteraksi dengan Allah ﷻ dan bergaul dengan manusia, sehingga menjadi yang paling mulia." [Haasyiah As-Sindi 'ala Ibni Maajah, 2/565]

HAKIKAT ORANG YANG CERDAS

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,

وهذا هو الحق والحزم، إن الإنسان يعمل لما بعد الموت، لأنه في هذه الدنيا مارا بها مرورا، والمآل هو ما بعد الموت، فاذا فرط ومضت عليه الأيام وأضاعها في غير ما ينفعه في الآخرة فليس بكيس

"Inilah kebenaran dan kecerdasan, yaitu orang yang beramal untuk kehidupan setelah mati, karena ia di dunia hanya lewat sebentar, dan tempat tinggal yang sebenarnya adalah setelah kematian (di negeri akhirat). Apabila ia tidak mempedulikan, sementara waktu terus berlalu, dan ia menyia-nyiakannya untuk melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat, maka ia bukan orang yang cerdas." [Syarhu Riyadhis Shalihin, 1/508]

Sumber: http://bit.ly/muslim_yang_paling_mulia_dan_paling_cerdas

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.

═══ ❁✿❁ ═══

Bimbingan dan Servis Umroh dan Haji bersama Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah
Hubungi:
WA wa.me/628118247111
IG @travel.sofyanruray.info

Gabung Group WA KAJIAN ISLAM
Ketik: Daftar
Kirim ke Salah Satu Admin:
wa.me/628111833375
wa.me/628119193411
wa.me/628111377787

TELEGRAM
t.me/taawundakwah
t.me/sofyanruray
t.me/kajian_assunnah
t.me/kitab_tauhid
t.me/videokitabtauhid
t.me/kaidahtauhid
t.me/akhlak_muslim

Medsos dan Website:
– youtube.com/c/kajiansofyanruray
– instagram.com/sofyanruray.info
– facebook.com/sofyanruray.info
– instagram.com/taawundakwah
– facebook.com/taawundakwah
– twitter.com/sofyanruray
– taawundakwah.com
– sofyanruray.info

#Yuk_share agar menjadi amalan yang terus mengalir insya Allah. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]

📋 JANGAN BERKUMPUL DI JALAN, DAN BERIKAN HAK PENGGUNA JALAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah ﷺ bersabda,

إِيَّاكُم وَالْجُلُوسَ في الطُّرُقاتِ، فقَالُوا: يَا رسَولَ اللَّه، مَا لَنَا مِنْ مَجالِسنَا بُدٌّ، نَتحدَّثُ فِيهَا، فَقَالَ رسولُ اللَّه ﷺ: فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجْلِس فَأَعْطُوا الطَّريقَ حَقَّهُ، قالوا: ومَا حَقُّ الطَّرِيقِ يَا رسولَ اللَّه؟ قَالَ: غَضُّ الْبَصَر، وكَفُّ الأَذَى، ورَدُّ السَّلامِ، وَالأَمْرُ بالْمَعْروفِ، والنَّهْيُ عنِ الْمُنْكَرِ

"Janganlah duduk di jalan-jalan.
Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, berat bagi kami meninggalkan majelis-majelis kami, karena padanya kami berbincang-bincang (maka bagaimana solusinya)?

Rasulullah ﷺ bersabda:
Jika kalian harus bermajelis maka berikanlah hak jalan.
Para sahabat bertanya: Apa hak jalan wahai Rasulullah?

Beliau bersabda:
- Menjaga pandangan.
- Tidak mengganggu.
- Menjawab salam.
- Memerintahkan kebaikan.
- Melarang kemungkaran."

[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu’anhu]

Al-Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,

كف الأذى: أي كفَّ الأذى القولي والفعلي.
أما الأذى القولي فبأن يتكلموا على الإنسان إذ مرَّ، أو يتحدثوا فيه بعد ذلك بالغيبة والنميمة.
والأذى الفعلي: بأن يضايقوه في الطريق، بحيث يملؤون الطريق حتى يؤذوا المارة، ولا يحصل المرور إلا بتعب ومشقة.

"Makna 'Tidak mengganggu' mencakup: Tidak mengganggu dengan ucapan dan perbuatan.

- Mengganggu dengan ucapan adalah berbicara buruk kepada orang yang lewat, atau berbicara buruk tentangnya setelah ia pergi, yaitu melakukan ghibah dan namimah.

- Mengganggu dengan perbuatan seperti menyempitkan jalan orang yang lewat, dengan cara memenuhi jalan sehingga mengganggu pengguna jalan, sampai tidak bisa lewat kecuali dengan kepayahan dan kesulitan." [Syarhu Riyadhis Shalihin, 4/443]

Al-Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah menegaskan,

ففي هذا الحديث يُحذر النبي صلى الله عليه وسلم المسلمين من الجلوس على الطرقات، فإن كان لابد من ذلك، فإنه يجب أن يعطى الطريق حقَّه.

"Maka dalam hadits ini Nabi Muhammad ﷺ melarang kaum muslimin duduk di jalan-jalan, namun kalau mereka perlu melakukannya, maka wajib memberikan hak jalan." [Syarhu Riyadhis Shalihin, 4/443]

Sumber: http://bit.ly/jangan_berkumpul_di_jalan_dan_berikan_hak_pengguna_jalan

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

═══ ❁✿❁ ═══

Bimbingan dan Servis Umroh Bersama Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah

Insya Allah Keberangkatan Umroh VIP tanggal 2 November 2022
- Hotel Bintang 5 Ring 1 Masjidil Haram
- Pesawat Eksklusif Saudia Airlines dengan Fasilitas Musholla di Pesawat
- Kereta Cepat

HUBUNGI
WA wa.me/628118247111
IG @travel.sofyanruray.info

Gabung Group WA KAJIAN ISLAM
Ketik: Daftar
Kirim ke Salah Satu Admin:
wa.me/628111833375
wa.me/628119193411
wa.me/628111377787

TELEGRAM
t.me/taawundakwah
t.me/sofyanruray
t.me/kajian_assunnah
t.me/kitab_tauhid
t.me/videokitabtauhid
t.me/kaidahtauhid
t.me/akhlak_muslim

Medsos dan Website:
– youtube.com/c/kajiansofyanruray
– instagram.com/sofyanruray.info
– facebook.com/sofyanruray.info
– instagram.com/taawundakwah
– facebook.com/taawundakwah
– twitter.com/sofyanruray
– taawundakwah.com
– sofyanruray.info

#Yuk_share agar menjadi amalan yang terus mengalir insya Allah. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]

Jumat, 18 November 2022

Menjaga Amanah dan Janji 

 PERKONGSIAN 1 HARI 1 HADIS




عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَالَ لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ


Daripada Anas bin Malik RA berkata; Nabi SAW tidak pernah berkhutbah di hadapan kami kecuali baginda mengatakan: "Tidak sempurna keimanan bagi orang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama seseorang bagi yang tidak memenuhi janji."

(HR Ahmad No:11935). Status: Hadis Hasan


Pengajaran:


1.  Menjaga amanah adalah sebahagian daripada iman. Tidak sempurna iman seseorang yang tidak menunaikan amanah.


2.  Menjadi kewajipan kepada kita menunaikan amanah kepada yang berhak. Firman Allah dalam surah an-Nisa: 58


إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا


Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya).


3.  Orang yang tidak menyempurnakan amanah seperti amanah kepimpinan, adalah orang yang memiliki sifat munafik.


4.  Tidak sempurna agama seseorang bagi yang tidak memenuhi janji. Firman Allah.

(an-Nahl: 91)


وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّم

Dan sempurnakanlah janji dan perintah-perintah Allah apabila kamu berjanji 


5.  Menjaga amanah dan menunaikan janji adalah ciri orang beriman yang berjaya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mukminun ayat 8:


قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ …… وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨

Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang beriman (iaitu) (1) …..

Dan mereka yang menjaga amanah dan janjinya (8)  


Jadilah orang yang sempurna Iman dan agama dengan memiliki sifat amanah dan menunaikan janji.


09hb Nov  2022

14hb Rabiul Akhir 1444H

KEUTAMAAN AMALAN SUNNAH*

 📿🤲🌹🕌🌹🤲📿                                                                                      Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...                         


*


Ibadah sunnah tidak selayaknya disepelekan oleh seorang muslim. Ada beberapa keutamaan yang besar, di antaranya:


1.  Menyempurnakan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah wajib.


2.  Mendatangkan cinta dari Allah,sehingga menjadi wali pilihan-Nya. Ada 2 tingkatannya:


●  Pertengahan (al muqtashidun). Melaksanakan yang wajib, meninggalkan yang haram, terkadang melakukan yang makruh atau meninggalkan yang sunnah.


●  Bersegera dalam kebaikan dan dekat dengan Allah (As saabiquun al muqarrabun). Melaksanakan yang wajib, meninggalkan yang haram, senantiasa berusaha mengerjakan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh.


3.  Menjaga kebiasaan melaksanakan ibadah yang wajib.


Mengikuti tuntunan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (sunnah) lebih utama daripada memperbanyak amal. Semisal, berpuasa Daud (puasa 1 hari, tidak puasa 1 hari) lebih utama dari puasa Dahr (setiap hari).


Dialah (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya...” (Q.S. Al-Mulk: 2).


Ibadah sunnah memiliki *keutamaan yang sangat besar,* sehingga tidak selayaknya seorang muslim bermudah-mudahan untuk meninggalkannya. Berikut ini beberapa keutamaan ibadah sunnah dalam syariat.


*MENYEMPURNAKAN KEKURANGAN DALAM PELAKSANAAN IBADAH WAJIB*

Tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam pelaksanaan ibadah wajib, kita masih memiliki banyak kekurangan. Shalat wajib kita mungkin kurang khusyu’, atau puasa Ramadhan kita kurang sempurna. Di sinilah fungsi ibadah sunnah, yaitu menyempurnakan atau menambal kekurangan yang terdapat dalam ibadah wajib.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi,


Sesungguhnya perkara yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, *‘Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?’.* Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (H.R. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih).


Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad dengan lafazh,


Allah Ta’ala berfirman, Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah? *Jika seorang hamba memiliki amal ibadah sunnah, Allah Ta’ala berfirman, ‘Sempurnakanlah ibadah wajibnya dengan ibadah sunnahnya’.* Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (H.R. Ahmad no. 9494).


*MENDATANGKAN KECINTAAN DARI ALLAH, SEHINGGA MENJADI WALI ATAU KEKASIH NYA YANG PILIHAN*

Seorang hamba yang ingin menjadi kekasih pilihan Allah, hendaklah dia mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunnah, di samping melaksanakan ibadah yang bersifat wajib. Hal ini sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wali Allah,


Allah Ta’ala berfirman, Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi’.” (H.R. Bukhari).


Berdasarkan hadits di atas, terdapat dua tingkatan wali atau kekasih Allah Ta’ala,


*Tingkatan pertama,* yaitu al-muqtashiduun (pertengahan) atau ash-haabul yamiin (golongan kanan). Mereka bersikap sederhana (pertengahan) dalam amal, yaitu dengan melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram, namun terkadang mengerjakan yang makruh dan meninggalkan amal sunnah.


*Tingkatan ke dua,* yaitu as-saabiquun al-muqarrabuun (orang yang bersegera dalam kebaikan dan sangat dekat dengan Allah Ta’ala). Mereka berlomba-lomba dan bersegera berbuat kebaikan, yaitu dengan melaksanakan yang wajib, meninggalkan yang haram, senantiasa berusaha mengerjakan amal sunnah, dan juga meninggalkan perkara makruh. Inilah derajat atau tingkatan kewalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan pertama. 


*MENGIKUTI SUNNAH LEBIH UTAMA DARIPADA MEMPERBANYAK AMAL* 

Di antara kaidah yang mungkin tidak banyak diketahui oleh kaum muslimin adalah kaidah, Mengikuti sunnah itu lebih utama daripada memperbanyak amal.


Kaidah ini diambil dari firman Allah Ta’ala (yang artinya),


Dialah (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, *siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.* Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Mulk: 2).


Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala tidak mengatakan, siapa di antara kalian yang lebih banyak amalnya”.


Tentang ayat di atas, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,


(Yaitu amal) yang paling ikhlas dan paling benar”. Beliau rahimahullah menjelaskan, Sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan dengan ikhlas, namun tidak benar, maka amalan tersebut tidak diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah benar, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan benar. *Ikhlas jika ditujukan kepada Allah Ta’ala, dan benar jika sesuai dengan sunnah (tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).” (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, 1: 72).*


*PENERAPAN KAIDAH*

Berikut ini beberapa contoh penerapan dari kaidah di atas.


*Pertama,* salat sunnah sebelum subuh (qabliyah subuh) dianjurkan untuk dikerjakan dengan ringkas, tidak berlama-lama. Ada orang yang ingin memperpanjang bacaan Alquran, misalnya dengan membaca surat Al-Ma’aarij dan surat Al-Insaan, memperlama rukuk dan sujud, dan memperbanyak doa ketika sujud. Sedangkan orang kedua, melaksanakan salat tersebut dengan ringkas, di rakaat pertama membaca surat pendek Al-Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat Al-Ikhlas.


Berdasarkan kaidah di atas, yang lebih utama adalah salat sunah qobliyah Subuh sebagaimana yang dikerjakan oleh orang kedua. Karena tata cara tersebut lebih sesuai dengan contoh atau praktik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.


*Kedua,* ada seseorang yang ingin berpuasa setiap hari (puasa dahr). Sedangkan orang kedua, dia ingin berpuasa sehari, dan tidak bepuasa sehari (puasa Dawud). Maka orang kedua lebih utama, meskipun amalnya lebih sedikit karena lebih sesuai dengan sunnah.


Hal ini karena puasa setiap hari diperselisihkan hukumnya oleh para ulama, apakah makruh ataukah tidak. Sedangkan puasa Dawud tanpa ada perselisihan adalah puasa yang dianjurkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud, yaitu berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (H.R. Bukhari dan Muslim).


*Ketiga,* seseorang melaksanakan salat di belakang maqom Ibrahim setelah thawaf dengan memperpanjang bacaan, memperpanjang rukuk dan sujud. Sedangkan orang kedua salat di belakang maqom dengan membaca surat Al-Kafirun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua dan melaksanakan dengan ringkas. Maka yang lebih utama adalah salat orang kedua.


Oleh karena itu, hendaknya semua ibadah yang kita lakukan dibangun di atas ilmu, sehingga dapat sesuai (cocok) dengan sunnah (tuntunan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan hanya dibangun atas dasar semangat semata yang tidak dilandasi ilmu yang benar.


*MENJAGA AMAL IBADAH WAJIB DENGAN MENJAGA PELAKSANAAN IBADAH SUNNAH*

Seseorang yang bermudah-mudahan untuk mengerjakan perbuatan yang hukumnya makruh, akan lebih mudah untuk terjerumus ke dalam perbuatan haram. Diriwayatkan dari sahabat An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, dan yang haram juga jelas. Di antara keduanya, terdapat perkara yang samar (syubhat), yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Siapa saja yang menjaga dirinya dari perkara syubhat, dia telah membersihkan agama dan kehormatannya. *Dan siapa saja yang terjerumus dalam perkara syubhat, dia telah terjerumus ke dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala yang menggembalakan binatang ternaknya di sekitar tanah/daerah larangan, maka lambat laun ternak tersebut akan masuk ke dalam daerah larangan tersebut.* Ketahuilah bahwa setiap raja itu memiliki area/daerah larangan. Dan ketahuilah bahwa area/daerah larangan Allah adalah perkara-perkara yang Allah haramkan. Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, maka menjadi baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya.” (H.R. Bukhari).


Dalam hadits di atas, seseorang yang gemar mendekati hal-hal yang Allah Ta’ala haramkan (belum sampai mengerjakannya), cepat atau lambat dia akan terjerumus ke dalamnya. Demikian pula sebaliknya. Seseorang yang bermudah-mudah untuk meninggalkan amal sunnah dan menjauh dari amal sunnah, cepat atau lambat dia akan mudah meninggalkan amal yang wajib.


*Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk memperhatikan amal ibadah sunnah, setelah menyempurnakan ibadah yang bersifat wajib*.


Wasalamualaikum warohmatulloh wabarokatuuh...                                                                      📿🤲🌹🕌🌹🤲📿

ORANG YANG HARAM BAGINYA TERSENTUH API NERAKA*

 *

Oleh Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah MA, حفظه الله تعالى


Dari 'Abdullah bin Mas'ud rodhiyallahu 'anhu, Rosulullah shollallahu 'alayhi wa sallam bersabda:⁣


"Maukah kalian aku tunjukkan orang yang Haram baginya tersentuh api neraka..?"⁣


Para Sahabat berkata,  "Mau, wahai Rosulullah..!"⁣


Beliau shollallahu 'alayhi wa sallam menjawab,  "(yang Haram tersentuh api Neraka adalah) orang yang HAYYIN, LAYYIN, QORIIB, SAHl.."⁣


(HR At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban, di shohihkan oleh Al-Albani)⁣

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟, قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ, قَالَ: ” كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ قَرِيبٍ سَهْلٍ”⁣

انظر صَحِيح الْجَامِع: 3135 , صَحِيح التَّرْغِيبِ وَالتَّرْهِيب: ⁣

📌 HAYYIN⁣

Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin. Tidak labil dan gampang marah, penuh pertimbangan. Tidak mudah memaki, melaknat serta teduh jiwanya.⁣

📌 LAYYIN⁣

Orang yang lembut dan santun, baik dalam bertutur-kata atau bersikap. Tidak kasar, tidak semaunya sendiri. Tidak galak, tidak suka memarahi orang yang berbeda pendapat dengannya. Tidak suka melakukan pemaksaan pendapat. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk sesama manusia.⁣

📌 QORIIB⁣

Akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan bagi orang yang diajak bicara. Wajah yang berseri-seri dan murah senyum jika bertemu serta selalu menebar Salam.⁣

📌 SAHL⁣

Orang yang tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada solusi bagi setiap permasalahan. Tidak suka berbelit-belit, tidak menyusahkan dan tidak membuat orang lain lari serta menghindar..


,*SUMBER:* https://bbg-alilmu.com/archives/58328

Minggu, 06 November 2022

Sholat Kunci Masuk Surga*

 *ONE DAY ONE HADITS*


Selasa, 1 November 2022 / 6  Rabi'ul Akhir 1444


*


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ .


Dari Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiyallahu ‘anhuma, bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah dengan berkata, “Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, lalu saya tidak menambah lagi sedikit pun, apakah saya akan masuk surga?” Beliau menjawab, Ya.” (HR. Muslim).


Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :


1- Bahwa orang yang mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan akan masuk ke dalam surga.

2- Boleh meninggalkan amalan sunat secara garis besar, jika maksudnya bukan meremehkan.

3- Tujuan hidup ini adalah agar kita masuk ke dalam surga.

4- Sholat Kunci Masuk Surga 


وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ الصَّلَاةُ.


Rasulullah ﷺ bersabda: Kunci surga adalah sholat.(Hr Tirmizi di dalam kitab shahihnya) 

5- Pentingnya shalat yang lima waktu, dan bahwa shalat merupakan sebab seseorang masuk ke surga, demikian juga menunjukkan pentingnya puasa.

6- Tidak disebutkan di dalam hadits tersebut zakat dan haji, karena zakat dan haji sudah masuk ke dalam keumuman kalimat “mengharamkan yang haram”.

7- Bisa juga tidak disebutkan kata-kata zakat, karena orang tersebut fakir, tidak mampu berzakat, sehingga Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai dengan keadaannya. 

8- Sedangkan tidak disebutkan hajji, bisa saja karena waktu itu belum diwajibkan (sebagaimana dijelaskan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam syarah Al Arba’in beliau).


Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :


1- Allah memerintahkan mendirikan shalat setelah Allah Azza wa Jalla menyebutkan masalah tauhid.


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي


Sesungguhnya Aku ini adalah Allâh, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Aku, maka beribadahlah kepada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” [Thaha/20:14]


2- Setiap Muslim diwajibkan melaksanakan sholat lima waktu. 


فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا


Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Alquran surat An nisa 103).Lr